Kebingungan mencari film animasi yang bisa ditonton bersama anak-anak? Coco bisa menjadi pilihannya.
sumber: imdb.com
Film produksi Pixar dan Disney
ini rilis pada 2017 lalu, dan sempat ditayangkan di bioskop-bioskop di
Indonesia. Ceritanya menarik, posternya yang cantik juga animasi yang apik
rasanya juga menjadi daya tarik dari film ini. Cerita Coco ini terinspirasi
dari Day of the Death yang biasa
dijalankan orang Meksiko.
Film ini berkisah mengenai Miguel
yang berusia 12 tahun yang berpindah ke Dunia Kematian, dan di dunia tersebut
ia mencari leluhurnya untuk mendapatkan pertolongan agar dapat kembali ke
keluarganya yang masih hidup. Judul ‘Coco’ ternyata diambil dari nenek Miguel
yang bernama Coco, dan ditinggalkan oleh ayahnya yang menjadi pemusik. Bermula
dari ayah Coco, seluruh keluarga besar Miguel dilarang untuk menjadi pemusik
dan kini menekuni produksi sepatu.
Budaya Day of the Death yang menjadi latar belakang cerita, menjadi nilai budaya dari film ini. Saya jadi teringat dengan budaya Indonesia yang sekian banyaknya, pasti ada salah satunya yang bisa dibuat menjadi film semacam ini. Melalui film ini, penonton dapat mengetahui bahwa orang Meksiko memajang foto leluhurnya dengan menyediakan barang favorit atau kesayangan leluhurnya. Jika foto leluhur tersebut tidak ada di tempatnya (mungkin semacam undakan kecil, atau altar), maka leluhur tersebut tidak dapat kembali dan menemui keluarganya di dunia nyata.
Kisah Coco, nenek Miguel yang ditinggalkan ayahnya berhubungan dengan Hector -yang Miguel temui di dunia kematian- yang mulai dilupakan dan akan hilang selamanya dari dunia kematian. Miguel yang berjanji membawa foto Hector ke dunia dan diingat selalu, tiba-tiba kehilangan foto Hector ketika bertemu dengan Ernesto de la Cruz. Konflik antara Hector dan idola Miguel, Ernesto de la Cruz serta misteri kematian Hector merupakan plot cerita yang apik, sehingga film animasi ini tidak membosankan untuk ditonton.
Ringan dan menyenangkan untuk
ditonton, 7.5 dari 10 untuk film ini! (H)
Comments
Post a Comment